Senin, 03 April 2023

X

Rasanya jadi orang pengidap depresi dan anxiety

1. Suara-suara yang terus muncul di otak

    Aku mengalami ini sudah sejak lama. Jauh sebelum aku mengetahui apa itu yang disebut dengan Mental Illness. Aku juga tidak mengerti bagaimana awalnya gejala ini muncul. Kalau boleh aku menduga, mungkin ini terjadi akibat orangtua yang selalu membungkam pendapatku saat aku ingin bicara. Kalimat yang selalu kuingat hingga saat ini adalah "ini urusan orangtua, kamu anak kecil nggak usah ikut-ikut". Kurasa sejak saat itu aku lebih suka menyimpan isi pikiranku sendiri. Sebab aku merasa pendapatku tidak layak untuk didengarkan oleh siapapun. "halah emang kamu ngerti apa? jangan sok tahu", apakah kalian juga pernah mendengar kalimat ini?

2. Sulit percaya pada siapapun

    Sebenarnya aku adalah orang yang sangat naif. Aku tidak suka memiliki pikiran buruk pada orang lain. Dahulu aku selalu berpikir bahwa tidak ada yang namanya "Manusia Jahat". Hingga aku merasa bahwa setiap orang memiliki kebaikannya masing-masing. Tetapi aku tertipu berkali-kali hingga rasanya aku menjadi sangat bodoh. Bahkan ketika aku disakiti oleh orang lain, aku masih berusaha mencari kebaikan dari orang tersebut. Lama-kelamaan aku jadi bingung dengan definisi orang baik dan jahat. Aku tidak mampu membedakannya dan menghindari. Kepercayaanku pada manusia bahkan diri sendiri semakin tipis.

3. Cemas berlebihan

    Aku sangat tidak nyaman saat apa yang kupikirkan benar-benar terjadi. Kejadian buruk yang menimpaku seperti menjadi memori yang tidak akan pernah terhapus. Dia terus hinggap di otakku dan membuatku sesak nafas. Hal buruk yang terjadi secara berulang-ulang kali membuatku lelah. Aku juga benci saat mendengar kata-kata orang yang memberitahu berbagai hal yang aku tidak mau dengar dengan alasan agar aku waspada. Terkadang nasehat tidak selalu menjadi obat terbaik. Aku jadi berpikir apakah nasehat yang mereka katakan itu benar atau tidak. Terkadang mereka hanya sekedar beropini atau bercerita tanpa memikirkan jika opini atau cerita itu yang membuat beban pikiran semakin bertambah di otak orang lain.

4. Ketakutan

    Setiap saat aku merasakan ketakutan. Ketakutan yang muncul akibat akumulasi dari ketiga hal diatas. Ternyata menjalani hidup jauh lebih menakutkan daripada mengakhirinya. Aku takut sekali menghadapi mahluk yang bernama Manusia. Aku bahkan tidak lagi merasa bahwa film horor itu sangat menyeramkan. Aku tidak mengerti mengapa manusia bisa menjadi mahluk yang sangat menyeramkan. Aku jadi mengerti bahwa manusia bisa menjadi setan yang sesungguhnya. Aku merasa tidak aman berada diantara mereka. Mereka sering membuatku merasa seperti kotoran yang tidak berguna. Sebab inilah aku merasa tidak perlu memiliki teman lagi. Tapi aku tidak tahu apapun tentang rahasia dunia ini dan masih berharap jika ada satu saja manusia yang baik meskipun ini adalah hal yang mendekati mustahil.

5. Berhenti Peduli

    Titik akhir dari yang kurasakan saat mengalami depresi adalah berhenti peduli pada apapun. Aku tidak mau lagi mendengar nasehat, cerita, opini, apapun itu yang keluar dari mulut manusia. Aku akan menjalani hidup sesuai apa yang aku mau. Aku akan berhenti jika aku lelah, aku akan berjalan jika aku ingin. Aku tidak mau mendapatkan dikte dari siapapun walaupun orang berbicara hingga mulutnya berbusa. Aku bosan mendengar dan mengikuti "nasehat" orang lain. Aku ingin menciptakan duniaku yang mana akulah "Pemeran Utama"nya. Aku tidak ingin mengganggu ataupun diganggu. Aku akan menutup mata dan telingaku. Aku akan berhenti bicara dan membantu orang lain walau sekedar mendengarkan keluh kesahnya. Aku akan ulurkan tanganku hanya saat aku mau bukan saat mereka butuh. Aku tidak masalah dicap sebagai "sampah" lagi. Aku akan berpedoman pada hati kecilku saja.

Aku tidak tahu kapan akan sembuh dan menjalani hidup normal. Aku tidak peduli jika aku tidak akan pernah sembuh. Aku bosan.